Monday, November 20, 2023

Pola Parenting Agar Remaja ‘Nurut’

Ortu Punya Anak Remaja, Terapkan Pola Parenting Ini Agar Anak ‘Nurut’

Senin 20 Nov 2023 20:44 WIB

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Vidya Anindhita, menyarankan orang tua menerapkan pola asuh authoritative parenting untuk memberikan pemahaman kepada anak, terutama remaja, mengenai konsekuensi dari tindakan yang mereka ambil. Menurut dia, tujuan utama authoritative parenting style bukan hanya agar remaja menuruti aturan dari orang tua.

"Tapi juga agar mereka paham makna perilaku mereka dan konsekuensi yang menyertainya,” ujarnya, Senin (20/11/2023).

Dia mengatakan, mendidik anak remaja sering kali dianggap sebagai suatu tantangan besar karena dalam fase ini, anak senang mencoba hal-hal yang belum pernah mereka dilakukan, terutama bersama teman-temannya sesama remaja. 

Untuk mengatasi hal ini, ia menuturkan bahwa orang tua dapat menerapkan authoritative parenting style yang mengutamakan kehangatan relasi antara orang tua dan anak sembari tetap menerapkan aturan dan batasan mengenai hal-hal yang boleh maupun dilarang untuk dilakukan sang anak.

Dosen Unpad tersebut mengatakan orang tua perlu memahami dan bersikap empatik terhadap perilaku remaja, namun mereka harus tetap mengarahkan perilaku anak agar sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. 

Oleh karena itu, melalui penerapan pola asuh ini, lanjut dia, orang tua diharapkan untuk memberikan penjelasan mengenai aturan dan larangan tersebut serta tetap membuka kesempatan bagi anak untuk dapat bernegosiasi dan berdiskusi, tidak hanya membuat aturan atau larangan begitu saja.

Ia menyebut, membuat aturan maupun melarang suatu perilaku remaja tanpa memberikannya peluang untuk menyampaikan pendapatnya mengenai hal tersebut akan menghambat kemampuan anak untuk berpikir kritis. 

Menerapkan aturan dan larangan tertentu kepada remaja tanpa menjelaskan alasan dari penerapan tersebut juga berisiko mendorong anak untuk memberontak karena mereka ingin membuktikan bahwa tidak ada dampak yang ditimbulkan jika mereka melanggar aturan maupun larangan itu.

“Oleh karena itu, orang tua perlu membuka pintu komunikasi dan dialog untuk mendengarkan kebutuhan anak serta saling memahami dan memaknai hal-hal yang diharapkan maupun dilarang oleh orang tua,” ucap Vidya.


Sumber :

https://ameera.republika.co.id/berita/s4fcuo425/ortu-punya-anak-remaja-terapkan-pola-parenting-ini-agar-anak-nurut

Thursday, February 9, 2023

Prinsip Mendidik Anak Remaja

Prinsip dan Cara Mendidik Anak Remaja untuk Para Orangtua

02/02/2023

Remaja menjadi masa di mana anak mengalami peralihan usia. Di usia penuh tantangan ini, orangtua perlu pintar-pintar memberikan arahan agar anak tak salah langkah. Berikut berbagai tips atau cara bijak dalam menuntun serta mendidik anak remaja Anda di rumah yang bisa dilakukan orangtua.

Cara mendidik anak remaja

Perkembangan setiap anak tentu tidak bisa disamaratakan. Hal ini karena remaja mempunyai perkembangan emosi serta kognitif yang berbeda. Dikutip dari Kids Health, masa perkembangan remaja menjadi hal yang cukup menantang bagi keluarga karena ada kemungkinan terjadinya pergolakan.

Hubungan anak dengan orangtua pun bisa saja berubah karena ada perdebatan saat anak berada di fase ini. Namun, sudah menjadi hal yang wajib pula bagi orangtua memberikan pengertian mengenai nilai-nilai kehidupan untuk bekalnya kelak.

Walaupun akan ada fase anak sulit untuk dihadapi dan diajak berkomunikasi, Anda perlu mengerti karena memang ini adalah masa-masa anak bertumbuh. Adapun beberapa cara mendidik remaja yang bisa dilakukan orangtua.


1. Jadilah pendengar yang baik

Di usia remaja biasanya anak mulai mengalami berbagai gejolak dalam dirinya, dari masalah pubertas hingga pergaulannya. Ada banyak hal yang mungkin ingin disampaikannya untuk sekadar bertanya atau mengutarakan berbagai kegelisahan dan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.

Untuk itu, orangtua wajib menjadi pendengar yang baik. Jangan sampai anak justru mencari pelampiasan lain yang negatif seperti melakukan kenakalan remaja hanya karena merasa tidak didengar dan tidak punya teman bicara.

Selain itu, hindari menyalahkan anak terhadap apa yang dia ceritakan. Pasalnya, hal ini dapat membuat anak enggan bercerita kembali. Alih-alih menyalahkan lebih baik diskusikan penyelesaian terbaik jika anak mengalami masalah.

Selain itu, ketika orangtua menjadi pendengar yang baik, anak juga akan melakukan sebaliknya ketika Anda yang berbicara atau memberi saran.


2. Hormati privasi anak

Orangtua sering kali menganggap urusan anak adalah urusannya juga. Hal ini memang berlaku saat anak masih kecil. Akan tetapi, ketika anak beranjak remaja, orangtua perlu memahami bahwa anak mulai memiliki privasi yang harus dijaga dan dihormati.

Seiring dengan pertambahan usianya, orangtua terkadang lupa bahwa anak juga memiliki privasi. Kamar dan telepon genggam termasuk bagian dari privasi anak yang sebaiknya tidak dicampuri. Sebagai salah satu cara mendidik anak remaja, jangan lagi asal membuka ponsel anak tanpa seizinnya hanya karena penasaran dengan siapa ia chatting tiap harinya.


3. Sepakati aturan-aturan penting

Menyepakati aturan penting merupakan hal yang perlu dilakukan antara anak dan orangtua. Saat remaja, Anda tak lagi bisa mengaturnya dengan mudah. Bahkan anak terkadang lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya di luar ketimbang di rumah.

Untuk itu, Anda perlu membuat berbagai kesepakatan penting. Misalnya pulang tidak boleh lewat dari jam 9 malam atau tidak boleh merokok dan minum alkohol. Usahakan untuk membuat kesepakatan bersama sebagai cara mendidik anak remaja.

Ketika anak menyepakatinya dan dilibatkan dalam diskusi, ia akan memiliki tanggung jawab dan tidak merasa terpaksa dalam menaatinya. Kuncinya adalah memberi pengertian kenapa aturan tersebut diterapkan. Jadi jangan cuma melarang dan memarahi, tapi perlakukan anak layaknya orang dewasa yang bisa diajak diskusi.


4. Jadi teladan yang baik

Merupakan hal yang wajar saat orangtua memiliki harapan untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, beri tahu dan beri contoh nyata mengenai harapan Anda padanya. Misalnya berharap anak berperilaku baik dan selalu menolong orang, belajar dengan giat, dan sederet harapan lainnya.

Nah mudahnya, Anda sendiri sebagai orangtua juga harus bisa mencontohkan sikap-sikap tersebut sebagai bukti bahwa Anda tak hanya mengajarkan tetapi juga mempraktikkan. Meski ia mungkin merasa banyak dituntut pada awalnya, lama-lama anak akan mengerti bahwa ingin semua yang terbaik bagi anaknya.

Dengan begitu, anak jadi bisa lebih memilah mana sikap yang sebaiknya dilakukan dan mana yang tidak.


5. Berikan motivasi untuk cita-citanya

Doronglah anak untuk terus berkembang dan mengeksplorasi diri serta kemampuannya. Ini merupakan salah satu cara mendidik anak remaja baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tak lupa, ajak anak untuk mencoba hal-hal lain di luar kebiasaannya agar pikirannya senantiasa terbuka. Biarkan ia mengambil risiko dan mengikuti dorongan hatinya.

Misalnya, anak perempuan Anda sangat suka mengotak-atik mesin dan ingin sekali belajar teknik di perguruan tinggi. Cobalah dukung cita-citanya ini agar ia tumbuh menjadi wanita yang percaya diri dan berbakat. Jangan terpaku pada stereotip bahwa jurusan teknik adalah jurusan laki-laki dan sebagainya.


6. Berikan informasi dalam bergaul

Remaja merupakan usia yang rentan karena di usia ini mereka akan melihat banyak hal di lingkungannya. Maka dari itu, Anda perlu memberanikan diri untuk membicarakan tentang pergaulan remaja saat ini.

Anda perlu memberikan informasi yang tepat kepada mereka (termasuk tentang edukasi seks, rokok, narkoba, alkohol, dan lain-lainnya). Jika tidak, mereka akan mendapatkan informasi yang belum tentu benar dari orang lain.

Sebagai cara mendidik anak remaja, hal ini dilakukan untuk membangun pondasi yang kuat dalam bergaul dan memberikan mereka informasi yang sesuai. Hal ini juga berhubungan dengan perkembangan emosi remaja sebagai identitas diri.


7. Sampaikan cara mengelola stres

Ada berbagai tantangan dan sumber stres yang harus dihadapi setiap orang termasuk remaja. Jika tidak dilatih sejak dini, anak akan kewalahan menghadapi stres di masa depan sehingga mentalnya tidak cukup kuat.

Untuk menghindari terjadinya depresi pada remaja, hal yang perlu Anda lakukan adalah membekalinya dengan berbagai cara mengelola stres dengan sehat. Misalnya daripada memarahi anak ketika ia sedang banyak pikiran, dekati anak dan ajak bicara baik-baik soal masalah yang merundungnya.

Dengarkan keluh kesahnya tanpa menghakimi atau mencari kesalahan anak. Hibur dirinya dengan kata-kata yang memotivasi dan memberi harapan. Kemudian, ajak ia untuk mencari solusi atau menyalurkan emosinya dengan berolahraga, menekuni hobinya seperti bermusik, menulis, dan lain-lain.

Sebagai cara mendidik anak remaja, tunjukkan bahwa stres adalah bagian yang normal dari kehidupan. Stres tak selalu jadi musuh yang harus ditakuti. Stres juga harus dilawan dan tak boleh dibiarkan terlalu lama karena bisa mengganggu keseharian.


Kemampuan dasar yang perlu diajarkan orangtua

Menanamkan nilai-nilai tertentu memang perlu diberikan orangtua sebagai cara mendidik anak remaja. Namun, beberapa kemampuan dasar pun tidak kalah penting untuk melatih kemandirian anak di masa depan.

Beberapa kemampuan dasar yang bisa diajarkan orangtua di antaranya adalah:


1. Menyiapkan makanan sendiri

Memasuki masa remaja, anak harus mulai mandiri dan melakukan berbagai hal sederhana untuk kebutuhannya sendiri. Salah satunya adalah menyiapkan makanan yang juga menjadi salah satu cara mendidik anak remaja.

Berikan kesempatan pada anak untuk mulai mempelajari bagaimana dasar-dasar memasak. Misalnya seperti menanak nasi, menggoreng telur, menumis sayur, dan lain-lain. JIka suatu saat orangtua sedang berhalangan mengerjakannya entah karena sakit, atau bekerja, anak tidak akan panik dan bingung karena sudah pernah diajarkan sebelumnya,


2. Bertanggung jawab dengan barang pribadi

Cara mendidik anak remaja lainnya adalah ajarkan anak bertanggung jawab dengan barang pribadi mereka. Sebagai contoh, bertanggung jawab atas kebersihan sepatu, tas, kamar, dan barang lainnya. Ajakrkan ia untuk tidak selalu mengandalkan orang lain untuk membereskan atau mencuci barang-barang pribadinya.

Ketika ia terbiasa bertanggung jawab atas barang pribadinya, anak tidak akan kaget jika ada masa ketika dia harus mengekost karena harus melakukan semuanya sendiri.


3. Mengatur uang sendiri

Masa remaja sering kali dikaitkan dengan emosi yang labil dan belum bisa menentukan prioritas, termasuk ketika mengelola uang. Cara mendidik anak yang satu ini Anda bisa dimulai dengan mengajak anak berbelanja. Jelaskan mengenai budget dan kebutuhan yang harus dibeli apa saja.

Begitu juga terhadap uang mingguan atau bulanan yang Anda berikan kepadanya. Berikan pula pemahaman mengenai pentingnya menabung sejak dini. Ajarkan anak bahwa menabung adalah kewajiban. Dengan begitu, nanti ketika dewasa dan sudah bekerja, ia bisa menyisihkan sebagian gajinya untuk ditabung.


4. Membersihkan rumah

Kemampuan dasar seperti mencuci piring, menyapu, membersihkan debu, serta merapikan kamar sendiri juga menjadi cara mendidik anak remaja. Membuat rumah tetap rapi dan bersih ini juga kemampuan wajib yang harus dimiliki anak memasuki masa remaja.

Hal ini nantinya akan menjadi manfaat di masa depan baik untuk laki-laki maupun perempuan terutama ketika sudah memiliki rumah sendiri.


5. Membawa kendaran dan menggunakan transportasi umum

Kedua hal ini sama pentingnya sehingga menjadi salah satu cara mendidik anak remaja yang perlu diperhatikan orangtua. Biasakan anak untuk berani naik transportasi umum dan paham akan transportasi umum di sekitarnya.

Jelaskan bagaimana cara menjaga diri di transportasi umum, apa yang harus dilakukan jika tersesat di jalan, serta kendaraan apa yang sebaiknya dipilih. Berikan pula kesempatan pada anak untuk belajar berkendara mobil atau motor.

Supaya anak lebih terampil dalam berkendara, Anda harus memberi contoh bagaimana cara mengemudi kendaraan dengan baik. Anda perlu mempertimbangkan waktu yang tepat dalam menlepas anak untuk membawa kendaraan sendiri.

Pertimbangakan menundanya jika anak tampak belum mahir, belum mendapatkan surat ijin mengemudi dan kondisi emosi yang tidak stabil.


Sumber :

https://hellosehat.com/parenting/remaja/tumbuh-kembang-remaja/cara-mendidik-anak-remaja/

Wednesday, February 9, 2022

Kesalahan dalam Parenting Anak Remaja

4 Kesalahan dalam Parenting Anak Remaja yang Harus Orang Tua Hindari

Rabu, 09 Februari 2022 | 13:38 WIB

Parenting anak remaja cenderung lebih menantang dibandingkan pada balita atau anak usia sekolah dasar. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai perubahan yang terjadi di masa remaja seperti perubahan fisik dan hormon.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit dijumpai anak remaja yang susah diatur atau dimengerti perilaku dan suasana hatinya. Namun, jangan lantas marah ya Moms ketika anak remaja Anda menunjukkan perilaku yang sulit karena hal ini tergolong umum terjadi pada remaja. Oleh sebab itu, Anda harus cermat menemukan metode parenting yang sekiranya efektif untuk mendisiplinkan anak remaja Anda.

Meskipun tidak semua metode parenting bekerja pada setiap anak remaja, akan tetapi tetap ada beberapa metode parenting yang sebaiknya tidak diterapkan oleh setiap orang tua. Dilansir dari iMOM, inilah 4 kesalahan dalam parenting anak remaja yang harus orang tua hindari.


1. Terlalu mengontrol

Sering kali, orang-orang akan menjadi sosok pengontrol tatkala mereka takut. Pasalnya, tindakan mengontrol bisa menjadi alat yang ampuh untuk mengelola rasa takut.

Ketika seorang anak remaja merasakan ketakutan orang tuanya melalui kontrol, mereka cenderung akan melawan dan memberontak atau menginternalisasi dan belajar untuk tidak mempercayai diri mereka sendiri. Dibandingkan membombardir anak dengan kontrol yang berlebihan, alangkah baiknya Anda menerapkan pendekatan yang lebih baik dengan memberikan anak pilihan dan ruang bagi konsekuensi alami untuk menjadi guru mereka.

Misalnya, Anda bisa memberikan anak remaja Anda kebebasan untuk memilih caranya sendiri dalam mempertahankan atau meningkatkan nilai sekolahnya. Untuk melihat kemajuan belajarnya, mintalah anak Anda untuk menyusun laporan mingguan dan menunjukkannya kepada Anda.


2. Berasumsi bahwa semuanya baik-baik saja

Perubahan hormon, tekanan sosial, dan kenyataan menakutkan tentang masa dewasa yang akan datang sangat bisa memengaruhi kesehatan mental anak remaja Anda lho Moms. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menjaga koneksi selama fase remaja berlangsung. Dan, meskipun anak Anda menunjukkan ekspresi wajah yang masam, mengasingkan diri, atau bersikap agresif, namun mereka tetap masih membutuhkan koneksi dengan Anda.

Anak Anda perlu tahu bahwa Anda selalu bersedia untuk mereka ajak bicara dan membantu menemukan kepastian. Jadi, sering-seringlah mengecek dan merasa tertarik dengan dunia anak remaja Anda.

Sebaliknya, apabila Anda terus berasumsi bahwa anak remaja Anda selalu merasa baik-baik saja, itu hanya akan membuat anak berpikir bahwa Anda tidak peduli dengan apa yang mereka rasakan dan mereka pun akan terdorong untuk melakukan hal yang sama kepada Anda.


3. Terlalu keras mendorong anak untuk mencapai tujuannya

Memiliki tujuan memang bagus. Itu artinya anak tahu apa yang harus mereka capai dan mereka perlu berusaha untuk sampai di titik tujuannya. Sebagai orang tua, Anda pun dituntut untuk turut serta membersamai anak dalam proses meraih cita-citanya.

Meskipun demikian, Anda harus bisa mengendalikan diri untuk tidak terlalu keras mendorong anak saat mereka berusaha mencapai tujuannya. Jika Anda tidak mampu mengendalikan diri, maka sangat mungkin bagi anak untuk merasakan berbagai tekanan yang justru bisa menghambat langkahnya.

Saat Anda memengaruhi anak untuk berfokus pada tujuan daripada proses, anak cenderung akan merasa berharga hanya jika mereka berhasil. Sebaliknya, anak akan merasa bahwa dirinya bukanlah apa-apa saat kegagalan datang. Selalu ingat bahwa anak Anda juga perlu melepaskan tanggung jawabnya sejenak dan melakukan suatu hal hanya untuk bersenang-senang.


4. Tidak tersedia saat anak ingin bicara

Salah satu kesalahan terbesar yang harus orang tua hindari saat mengasuh anak remaja adalah tidak meluangkan waktu untuk memberikan anak kesempatan berbicara banyak hal. Sesibuk apapun Anda, cobalah untuk menyempatkan diri berada di sisi anak remaja Anda. Pasalnya, anak akan cenderung menceritakan berbagai hal kepada Anda yang mungkin tidak Anda ketahui sebelumnya saat Anda berada di dekatnya.

Walaupun hal-hal yang anak Anda bahas terdengar sepele dan tidak penting bagi kehidupan orang dewasa, tapi berusahalah untuk tetap mendengarkan mereka dengan penuh perhatian karena momen seperti ini sangat bagus untuk membangun koneksi antara Anda dan anak. Selain itu, anak pun akan cenderung lebih terbuka dan semakin percaya kepada Anda apabila pola percakapan semacam ini terus Anda pertahankan.


Itulah 4 kesalahan yang harus orang tua hindari dalam parenting anak remaja. Apakah ada salah satu poin kesalahan yang tanpa sadar Anda lakukan hingga saat ini, Moms? Apabila ada, yuk perbaiki mulai dari sekarang dan terapkan metode parenting yang jauh lebih efektif.


Sumber :

https://momsmoney.kontan.co.id/news/4-kesalahan-dalam-parenting-anak-remaja-yang-harus-orang-tua-hindari

Monday, February 8, 2021

Mengomel Bukan Solusi

7 Tips Hadapi Remaja Laki-laki, Mengomel Bukan Solusi

Senin, 08 Feb 2021 05:35 WIB

Mendampingi anak laki-laki, terutama yang sudah menginjak remaja, kerap jadi tantangan sebagian orang tua. Kenali beberapa tips menghadapi anak laki-laki yang sudah beranjak remaja. Di masa remaja, anak laki-laki memiliki kebutuhan akan otonomi dan kemandirian. Di sisi lain, remaja laki-laki juga memiliki kebutuhan untuk bersama kawan sebaya sekaligus mencari identitas diri.

Mengutip laman Newport Academy, perilaku remaja laki-laki sebagian besar dikendalikan oleh perubahan hormonal dan neurobiologis yang terjadi selama masa pubertas.

Pada saat yang sama, otak juga masih berkembang di masa remaja. Area otak yang bertanggung jawab untuk menilai dan mengambil keputusan, korteks prefontal, belum sepenuhnya matang hingga pertengahan usia 20-an. Kondisi tersebut membuat remaja laki-laki mengalami pergeseran impuls dan emosi.

Riset menunjukkan, orang tua memperlakukan anak perempuan dan anak laki-laki secara berbeda. Anak laki-laki diperlakukan lebih kasar, diminta bersikap tegar, dan tak jarang orang tua menerapkan hukuman fisik. Padahal, cara seperti ini akan memengaruhi perkembangan anak hingga dewasa.

Saat berurusan dengan remaja laki-laki, orang tua perlu membuat batasan yang jelas. Namun, batasan tak selalu diberikan dengan cara yang keras.

Maggie Dent, edukator yang berfokus pada isu parenting, berbagi tips mengahadapi remaja laki-laki. Berikut mengutip The Guardian.


1. Jangan permalukan mereka

Mengingatkan anak perlu dilakukan, asal jangan sampai mempermalukan mereka. Beri anak peringatan yang tegas, tapi tetap hangat.


2. Katakan bahwa mereka tidak bodoh

Saat Anda mengasuh remaja aki-laki, penting untuk menggunakan 'jendela' mereka untuk melihat dunia. Mereka kerap merasa bodoh.

Sebagai orang tua, Anda disarankan untuk mengajak mereka berbicara. Anda bisa bicara soal perubahan hormonal, otak, dan fisik hingga pengaruhnya untuk mereka sehingga mereka tak lagi merasa bodoh. Cara ini akan membebaskan mereka dari rasa rendah diri.


3. Memanggil dengan penuh kasih

Jangan lupa untuk memanggilnya dengan nama yang penuh kasih. Dent mengatakan, panggilan yang penuh kasih akan mengingatkan dia bahwa Anda mencintainya, apa pun yang terjadi.


4. Tak perlu mengomel

Selalu ada hasrat untuk mengomel atau menceramahi anak saat mereka melakukan kesalahan. Dari pengalaman Dent, mengomeli remaja laki-laki seperti berteriak pada kehampaan. Ia memberikan rahasia komunikasi dengan anak laki-laki yang efektif seperti memperhatikan waktu, nada suara, dan menghindari kontak mata langsung.


5. Rumah jadi tempat aman untuk berkumpul dengan teman

Remaja laki-laki punya kebutuhan untuk bersama rekan sebayanya. Ciptakan rumah sebagai lingkungan yang ramah dan aman buat mereka. Remaja masih memerlukan pendampingan orang dewasa.


6. Ceritakan kisah pria yang baik hati

Remaja memerlukan teladan. Tak ada salahnya mengidolakan tokoh, aktor, atau penyanyi tertentu. Dent menyarankan untuk membagikan kisah-kisah mengenai laki-laki dewasa yang sempat membuat kesalahan atau gagal lalu bangkit kembali pada sang anak.


7. Mencintai mereka apa adanya

Satu hal yang perlu diingat oleh tiap orang tua adalah mencintai anak apa adanya. Tiap remaja laki-laki ingin dilihat, didengar, dan dicintai.

"Mereka lebih rapuh daripada yang kita yakini. Kita perlu mencintai dan menghargai anak kita, khususnya saat mereka tidak bisa mencintai atau menghargai diri mereka sendiri," kata Dent.


Sumber :

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210122165513-284-597289/7-tips-hadapi-remaja-laki-laki-mengomel-bukan-solusi.

Wednesday, October 28, 2020

Memantaskan Diri Menjadi Orang Tua

Parenting, Sebuah Proses untuk Memantaskan Diri Menjadi Orang Tua Teladan

21 OKTOBER 2020

Jika ada pertanyaan, “Apa harapan Anda terhadap anak-anak?” Tentu jawaban akan beragam sekali, mulai dari ingin memiliki anak yang penurut, pintar, tidak nakal, membanggakan orang tua, dsb. Wajar ketika memiliki anak, setiap pasangan mempunyai pengharapan seperti jawaban diatas. 

Namun, pertanyaan selanjutnya, “Bagaimana cara mencetak anak memiliki karakter seperti dambaan orang tua?” Sama halnya dengan jawaban sebelumnya, cara yang diterapkan setiap orang tua tentu bervariasi. 

Jangankan antar orang tua, tidak jarang masing-masing pasangan memiliki prinsip berlainan ketika mengasuh anak. Misalnya saja, ayah menerapkan pola asuh yang cenderung disiplin, sebaliknya ibu lebih longgar dalam menerapkan aturan, dan yang terjadi kemudian, orang tua bertengkar, saling menyalahkan serta menganggap sikapnya lah yang paling tepat. 

Lalu, adakah akibatnya bagi anak ? 

Tentu saja, salah satunya adalah anak bingung karena adanya dualisme pola asuh yang pada akhirnya membuat mereka memilih mana yang dinilai lebih menyenangkan, enak, ataupun menguntungkan dirinya. Untuk apa disiplin, toh lebih enak santai. Untuk apa teratur, jika ada yang memberikan keleluasaan bersikap semaunya, dan sebagainya.

Anak adalah mereka (laki-laki atau perempuan) yang belum dewasa atau belum mengalami pubertas, dan sedang menjalani suatu proses perkembangan sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. 

Ia memiliki karakteristik yang tidak sama dengan orang dewasa, misalnya saja bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang besar, penuh fantasi, daya konsentrasi yang cenderung pendek, peniru ulung, dan mereka adalah sosok pembelajar paling potensial. Dengan mengenali beberapa karakter khas tersebut, diharapkan orang tua dapat lebih memahami dunia anak-anak mereka sehingga nantinya dapat menerapkan pola asuh yang memadai.

Lalu, pola asuh seperti apa yang dapat diterapkan secara tepat pada anak ?Pola asuh sebagai sebuah proses  bagaimana orang tua memperlakukan dan cara berinteraksi dengan anak didalamnya meliputi aktivitas yang bersifat mendidik& membimbing, memberikan perhatian, mengantarkan anak pada kedewasaan, serta penerapan aturan dalam keluarga. 

Pola asuh akan membentuk dasar kepribadian seseorang, mulai dari konsep diri, kemampuan menyelesaikan masalah, dan juga pembentukan ketrampilan atau kecakapan hidup (life skills).Pada intinya, pola asuh akan turut menentukan apakah anak kelak menjadi sosok yang tangguh (punya daya juang) atau justru rentan terhadap sumber stress.


Tipe-tipe pola asuh :

Pola asuh permisif, dicirikan dengan apa pun yang ingin dilakukananak akan diperbolehkan, dan orangtua cenderung sibuk dengan pekerjaan atau kepentingan yang lain.  Misalnya saja anak dibebaskan mengendarai motor seorang diri padahal usia belum mencukupi dengan alasan anak memaksa atau ingin seperti anak yang lain.

Pola asuh otoriter, yaitu pola pengasuhan anak yang bersifat memaksa, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang “saklek” dan harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Contohnya, anak diharuskan masuk kuliah jurusan tertentu, sementara ia memiliki harapan yang lain.

Pola asuh otoritatif, merupakan pola asuh yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan memberikan batasan dan pengawasan yang proporsional dari orangtua. Anak diberikan kesempatan memutuskan akan mengerjakan PR atau tidur terlebih dahulu dengan mempertimbangan segala konsekuensinya.

Tugas orang tua adalah mempersiapkan anak menghadapi jamannya (Anonim). Ya, mengasuh anak idealnya perlu melihat banyak aspek. Beberapa yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Usia anak.

Pola asuh harus dinamis sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Memperlakukan anak disaat usia mereka telah cukup dewasa dengan sikap seperti pada anak kecil tentu akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi mereka, karena itu perlakukan sesuai dengan usia perkembangannya.


b. Pahami kebutuhan dan kemampuan anak.

Setiap anak terlahir unik, berbeda satu dengan lainnya meski itu saudara kandung sekalipun. Karena itu, terima apa yang melekat dalam diri mereka, fasilitasi kemampuan dan  minatnya, serta kuatkan perasaannya jika ada keterbatasan yang mungkin dimiliki. Jangan membandingkan anak dengan saudara kandung atau anak lain (yang kita anggap sebagai contoh) karena hal tersebut dapat membuat anak merasa tidak dihargai.


c. Orang tua harus kompak

Seperti yang telah disinggung diawal, ketika ayah-ibu menunjukkan perbedaan pola asuh, anak cenderung akan memihak atau memilih yang dianggap lebih menyenangkan. Tidak jarang pula anak merasa kecewa dan sedih manakala melihat orang tua yang bertengkar karena masing-masing berpegang pada keyakinannya. Dalam hal ini, orang tua diharapkan dapat berkompromi dan sepakat dalam menerapkan nilai-nilai yang diperbolehkan dan tidak.


d. Perlunya contoh perilaku positif dari orang tua

Terkadang, orang tua meminta anak bersikap sesuai harapan mereka, misalnya jujur, tidak boros, atau melarang gunakan gadget. Sementara dalam keseharian, orang tua justru kerap berbohong, gemar menghamburkan uang, atau malah sibuk dengan handphone didepan anak. Anak membutuhkan sikap dan contoh yang positif dari orang tua, karena itu, tanamkan dan disaat yang sama tunjukkan nilai-nilai kebaikan tersebut dihadapan anak.


e. Komunikasi dua arah yang efektif

Luangkanlah waktu untuk mengobrol dengan anak. Jadilah sosok pendengar yang baik, tidak menginterupsi cerita anak, dan berikan mereka kesempatan untuk berpendapat. Berikan pertanyaan atau pernyataan yang sekiranya dapat merangsang kemampuan anak berargumen dan menganalisa suatu masalah dari sudut pandang mereka.


f. Disiplin

Sikap disiplin tidak dapat tumbuh begitu saja, melainkan harus dimulai dari hal kecil dan sederhana. Misalnya saja membereskan ranjang setiap bangun tidur, mempunyai jadwal harian untuk kegiatan ssehari-hari, dan sebagainya. Dengan sikap disiplin pula, anak akan belajar bertanggung jawab terhadap kebutuhan pribadinya.


g. Konsisten

Konsistensi erat kaitannya dengan pemberlakuan aturan. Jangan sampai ada perbedaan karena hal itu akan membuat anak menganggap enteng setiap aturan yang kita terapkan. Misalnya saja, kita melarang anak makan permen, namun dilain waktu kita membolehkan anak membeli permen untuk ia makan. Jika sikap kita seolah berubah-ubah, maka anak akan cenderung menilai bahwa kita tidak tegas dan pada akhirnya menganggap hal tersebut bukan lagi sebuah aturan.


Sumber :

https://grhasia.jogjaprov.go.id/berita/372/parenting-sebuah-proses-untuk-memantaskan-diri-menjadi-orang-tua-teladan.html

Sunday, October 18, 2020

Agar Remaja Laki-laki Lebih "Nurut"

7 Cara Mengasuh Remaja Laki-laki agar Lebih "Nurut" 

11/10/2020

Saat anak memasuki usia remaja, orangtua perlu mengubah pola asuhnya. Sebab anak cenderung lebih mengikuti teman-teman sebayanya dan bisa saja melawan perintah orangtua. Perubahan perilaku anak didorong oleh faktor pola pikir, hormonal, fisik, psikologis, dan emosional. 

Di usia remaja, anak lebih senang bersama teman sebaya dan sedang dalam proses pencarian jati diri. Remaja laki-laki biasanya bertindak lebih berani jika dibandingkan remaja perempuan. Emosi mereka lebih tidak stabil dan mudah terpancing. 

Berikut tips mengasuh anak laki-laki di usia remaja seperti dikutip The Guardian. 

1. Jangan mempermalukannya 

Di usia remaja, sangat mungkin bagi anak laki-laki salah mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang semestinya. Saat hal itu terjadi, orangtua jangan sampai mempermalukannya atas keputusan yang diambil. Apalagi sampai memarahinya di muka umum. Lebih baik memperingatkan mereka secara tegas tetapi dengan cara halus terkait pilihannya yang salah. 


2. Beri motivasi 

Dari segi akademis, biasanya di usia remaja anak laki-laki kurang berprestasi secara akademik. Orangtua harus tetap memotivasinya, bukan malah menyalahkan karena nilai yang didapatkan tidak sesuai harapan. Beri tahu anak tentang perubahan hormonal, otak, dan fisik yang memengaruhi perilakunya. Dengan begitu anak tidak berpikir diri mereka bodoh, melainkan sedang berkembang. 


3. Bersikap penuh kasih sayang 

Meskipun orangtua merasa frustasi menghadapi remaja laki-laki yang melawan, jangan lupa untuk tetap memperlakukannya penuh kasih sayang. Ucapkanlah panggilan sayang padanya dan tunjukkan rasa sayang itu lewat tindakan. Ingatkan anak jika orangtua tetap menyayanginya bagaimanapun keadaannya. 


4. Pilih metode komunikasi yang tepat 

Saat remaja laki-laki berbuat kesalahan, kebanyakan orangtua lebih memilih untuk mengomel dan memberikan ribuan wejangan. Cara itu sama sekali tidak efektif. Alih-alih mengomeli, kenali metode komunikasi yang tepat sesuai kepribadian anak untuk membangun hubungan dengannya. Entah dari segi waktu, nada suara, maupun kontak mata langsung. 


5. Jadikan rumah sebagai tempat berkumpul 

Anak laki-laki senang sekali bermain dengan teman-temannya di usia remaja. Orangtua mungkin khawatir anaknya akan terjerumus ke hal negatif. Alih-alih melarang mereka bermain, sebaiknya ubah suasana rumah menjadi lebih aman dan nyaman untuk anak serta teman-temannya berkumpul. Dengan begitu anak tetap bisa bermain sambil diawasi oleh orangtua. 


6. Ceritakan kisah inspirasi 

Sesekali remaja laki-laki perlu diceritakan kisah tentang orang-orang baik dan orang-orang yang sempat gagal atau melakukan kesalahan dalam hidup tapi pada akhirnya berhasil sukses. Cerita seperti itu bisa membuat anak lebih bertanggung jawab dengan tindakannya. 


7. Cintai anak apa adanya 

Setiap remaja laki-laki ingin diakui, didengar pendapatnya, dan benar-benar dicintai setulus hati. Orangtua perlu mencintai dan menghormati anak laki-lakinya apapun pilihan hidupnya. Jangan paksa mereka berkembang sesuai keinginan orangtua.


Sumber :

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/11/160618520/7-cara-mengasuh-remaja-laki-laki-agar-lebih-nurut?page=all.


Thursday, September 19, 2019

Buku Parenting Orang Tua & Remaja

5 Buku Parenting Andalan untuk Dampingi Remaja

13 September 2019

Menghadapi remaja memang susah-susah gampang. Jika orang tua tidak menguasai ilmu tentang tumbuh kembang anak dan remaja, transisi anak dari remaja menuju dewasa dapat menyebabkan gesekan-gesekan yang bisa berujung pada merenggangnya hubungan orang tua dengan anak. 

Karena itu, tidak ada salahnya orang tua belajar kembali tentang cara membesarkan remaja dengan baik. Tumbuhkan kembali semangat menimba ilmu parenting, sama seperti saat menjadi orang tua baru dahulu. Membekali diri dengan buku parenting berkualitas tentunya akan memberi pemahaman yang lebih utuh tentang cara menghadapi remaja, di samping informasi dari artikel online, seminar parenting, dan kuliah via media sosial. Beberapa buku di bawah ini bisa dijadikan referensi orang tua agar mampu membesarkan remaja dengan penuh percaya diri.


1. Parents as a Coach

Pengalaman Aisya Yuhanida Noor sebagai psikolog, trainer, dan coach sekaligus ibu dari anak remaja membuatnya dapat menyimpulkan bahwa selama ini orang tua masih menggunakan cara lama dalam menghadapi permasalahan remaja. Padahal, dunia remaja sudah jauh berubah. Orang tua pun tidak lagi menjadi sosok utama dalam hidupnya, digantikan dengan teman sebaya. Agar orang tua tidak cepat “bertanduk” saat berhadapan dengan remaja, buku ini menawarkan pendekatan coaching pada anak dengan cara: hadir penuh, membangun kepercayaan, mendengarkan aktif, memberdayakan anak lewat pertanyaan kuat, serta melatih anak berkomitmen.


2. 1001 Cara Bicara

Sesuai dengan namanya, buku ini memberikan panduan bagaimana cara berbicara yang tepat dengan remaja. Sebelumnya, orang tua diajak untuk mengenal lebih dalam tentang karakteristik remaja, berbagai macam gaya pengasuhan orang tua yang juga mempengaruhi cara komunikasi orang tua dengan anak. Untuk mengetahui gaya pengasuhan apa yang selama ini digunakan, orang tua bisa mengisi kuis sederhana. 

Informasi dasar tadi kemudian digunakan sebagai panduan orang tua dalam berkomunikasi dengan remaja. Buku 1001 Cara Bicara membagi topik pembicaraan ke dalam 7 area, yaitu rumah dan keluarga, pertemanan dan relasi sosial, perilaku berisiko, literasi digital, kesehatan mental, kesehatan seksual dan reproduksi, serta perencanaan masa depan. Di setiap topiknya, terdapat contoh kasus, penjelasan singkat mengenai mengapa situasi tersebut umum terjadi, kemudian cara bicara yang tepat yang bisa digunakan oleh orang tua. 

Disusun oleh tim dari Johns Hopkins Center for Communication Programs, psikolog Alzena Masykouri, serta Direktorat Ketahanan Remaja dari BKKBN, buku ini layak menjadi panduan orang tua. 


3. The Secret of Enlightening Parenting

Konsep Enlightening Parenting yang digagas oleh Okina Fitriani menawarkan cara pandang baru dalam ilmu pengasuhan anak yaitu dengan cara mengubah limiting belief (yakin akan keterbatasan kita) dan reframing (mengubah cara pandang kita akan suatu hal). Misal, seorang ibu percaya bahwa ia pemarah, padahal dalam 24 jam belum tentu ia bisa marah selama 2 jam penuh.  Berarti jika ibu tersebut gagal untuk bersikap sabar pada anaknya, penyebabnya adalah limiting belief bahwa ia seorang pemarah. 

Kasus lain, saat anak membantah, orang tua menganggap anak melawan, ngeyel, dan keras kepala. Dengan teknik reframing, orang tua bisa mengubah sudut pandang bahwa anak membantah karena ia sudah bisa menyampaikan pendapatnya sendiri. Hanya saja caranya kurang santun, mungkin meniru dari cara bicara orang tua. Artinya, orang tua perlu memperbaiki cara bicara. 


4. How to Talk So Teens Will Listen and Listen So Teens Will Talk 

Buku yang ditulis oleh Adele Faber & Elaine Mazlish ini menjadi bestseller internasional. Yang membuat buku ini layak dimiliki adalah contoh praktis cara bicara yang benar dan yang salah untuk berbagai macam kasus yang sering dihadapi orang tua, disertai dengan ilustrasi. Dalam bukunya, penulis menggunakan situasi workshop komunikasi orang tua yang memiliki anak remaja sehingga teori yang disarankan oleh penulis dapat langsung diuji coba oleh peserta workshop dengan anak masing-masing di rumah. Pembaca pun dapat melihat bagaimana perbedaan cara merespon masalah dengan anak akan membawa hasil akhir yang berbeda pula.

Pesan utama yang diusung oleh buku ini adalah ada beragam cara bicara yang lebih mudah diterima oleh remaja daripada memberikan perintah semata apalagi hukuman, yaitu dengan cara menyatakan perasaan kita, menyatakan ekspektasi kita, menunjukkan bagaimana cara memperbaiki kesalahan, dan memberikan pilihan.


5. Raising Boys

Katanya, membesarkan anak perempuan lebih susah daripada anak laki-laki. Namun, dengan karakteristik bawaan anak laki-laki yang tidak mudah mengekspresikan perasaan, memiliki dorongan seksual dan agresivitas yang lebih tinggi, anak laki-laki kelak dituntut untuk mampu menjadi kepala keluarga dan pemimpin yang baik. Karenanya, Steve Biddulph menekankan pentingnya memahami tahap perkembangan anak laki-laki, yaitu usia 0-6 tahun, 6-14 tahun, dan 14 tahun ke atas. Kemudian, memberi pemahaman yang benar tentang seksualitas (termasuk bahaya pornografi), tentang cara memperlakukan wanita, pentingnya penyaluran energi seperti olahraga atau bermain musik, serta memberi tips seputar cara belajar anak laki-laki.

Pada intinya, semua buku tersebut berusaha untuk membantu orang tua menyelesaikan masalah pengasuhan dengan cara yang tepat. Karena, cara berkomunikasi yang salah membuat remaja mengartikan bahwa orang tua hobi mengatur, seperti yang diungkapkan para remaja dalam artikel ini. Semoga saja setelah membaca buku-buku di atas, orang tua tidak hanya dapat menghadapi problematika dengan remaja, namun dapat menjalin hubungan yang lebih hangat. 


Sumber :

https://www.ceritamamah.com/rekomendasi-buku-parenting/

Pola Parenting Agar Remaja ‘Nurut’

Ortu Punya Anak Remaja, Terapkan Pola Parenting Ini Agar Anak ‘Nurut’ Senin 20 Nov 2023 20:44 WIB Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padja...